Tuesday, January 29, 2008

Rest in peace, does he?

It's been 2 days since our second president passed away, Pak Soeharto. Despite all the controversy against him, let us just pray for his peace as a human being for him. In fact, there are still civil citizens who still respects him, and a lot of them vice versa.

Yes, he did a lot of developmental projects here in Indonesia, and we were once in our glorious days. And most of the citizens prefer those days when we were lead by Soeharto. Less hunger, less poverty, and less unemployment. It's the same feeling of eating a food with a lot of MSG inside it. It's delicious, but it's deadly harmful to our body.

But less of them realized that what we're facing today is the scrap of Soeharto's leadership. He doesn't only left us with charisma and a view remarkable development fossils, but also broken infrastructure and debts which must be repay decades later. By our grand grand sons, maybe.

Ah.. banyak yang nyalahin mahasiswa karena era reformasi kemarin, karena kalo ga ada kejadian tragedi 1998, mungkin rakyat kecil masih bisa beli minyak goreng dan nyekolahin anak mereka di sekolah deket rumah.

Tapi semua itu semu.. Because anything based on greediness and deceitfulness wouldn't last long. Dan susah.. banget.. kalo kita mendambakan perubahan sedrastis 180 derajat dalam waktu singkat. Kalo kata Mama Lauren, bakal ada bencana di tahun 2012 yang bikin Jakarta kehilangan lebih dari setengah penduduknya, dan baru bisa membangun kembali negara yang baik dengan pakem yang baru. (apa iya? Naudzubillah min zalik)

Yaudahlah. Gue cuma bisa berkomentar dan sedikit bertindak. Paling enggak, dengan kapasitas gw sebagai mahasiswa. Tapi pengadilan Tuhan itu udah yang paling adil kok. We don't need to worry about it...

Pas banget sama novel Laskar Pelangi-nya Andrea Hirata yang lagi gue baca, sehari setelah meninggalnya Pak Soeharto gue sampe bab 9 - Penyakit Gila No. 5. Gue kutip sedikit..

...Suatu hari dalam budi pekerti kemuhammadiyahan, Bu Mus menjelaskan tentang karakter yang dituntut Islam dari seorang amir. Amir dapat berarti seorang pemimpin. Beliau menyitir perkataan Khalifah Umar bin Khatab.

"Barangsiapa yang kami tunjuk sebagai amir dan telah kami tetapkan gajinya untuk itu, maka apapun yang ia terima selain gajinya adalah penipuan!"

Rupanya Bu Mus geram dengan korupsi yang merajalela di negeri ini dan beliau menyambung dengan lantang,

"Kata-kata itu memegang arti penting memegang amanah sebagai pemimpin dan Al Quran mengingatkan bahwa kepemimpinan seseorang akan dipertanggungjawabkan nanti di akhirat ... "


Memegang amanah sebagai pemimpin memang berat, tapi jangan khawatir banyak orang yang akan mendoakan. Tidakkah ananda sering mendengar di berbagai upacara petugas sering mengucap doa: Ya Allah lindungilah para pemimpin kami? Jarang sekali kita mendengar doa: Ya Allah lindungilah anak-anak buah kami ... "

No comments: